|
Detail Cantuman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Judul
|
:
|
Asrul Sani Di Seminar FFI`76 Bandung : Film Indonesia Yg Bukan Cuma Bicara Melayu Patut Jadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri
|
Bahasa
|
:
|
ind
|
|
|
|
Abstrak
|
:
|
Awalnya Dewan Produksi Film Nasional didirikan dengan tujuan utama adalah membuktikan kesanggupan sineas Indonesia untuk membuat film yang betul-betul baik namun kemudian badan ini terpaksa dibubarkan berkat usaha beberapa pengusaha film yang tidak melihat keuntungan yang timbul dari badan ini. Dalam suasana "komersialisme" di dunia perfilman dianggap perlu adanya kesempatan untuk memungkinkan berkembangnya kreativitas dalam pembuatan film yang kemudian diharapkan dapat menjadi pembina kehidupan sosial dan kebudayaan yang hanya bisa dilakukan jika film dibuat dengan cara yang kreatif. Sumber-sumber kreatifitas bagi dunia perfilman adalah kenyataan yang ada di sekitar kita. Cerita film Indonesia saat ini tidak diambil dari bumi sendiri tetapi diambil dari film-film asing, hal inilah yang tidak memberi peluang bagi penulis cerita untuk mempergunakan keadaan sekelilingnya dengan cara yang kreatif. Hal selanjutnya yang menghambat adalah masalah sensor, dimana sebenarnya kehadiran dewan sensor adalah untuk melindungi publik Indonesia dari penyalahgunaan film oleh para pengusaha film sekarang ini sudah tidak efektif. Badan sensor yang bisa bekerja efektif adalah yang berada dalam diri penonton itu sendiri yaitu dalam bentuk daya kritis yang lebih tajam dan kesanggupan untuk memisahkan mana film yang baik dan film yang hanya dibuat utk mengisi waktu kosong.
|
|
|
|
Kata Kunci
|
:
|
Dewan Produksi Film, Sineas Indonesia, Komersialisme
|
Sumber
|
:
|
Sinar Harapan, 7 April 1976
|
|
|
|
Dokumen Teks Lengkap
|
:
|
Catatan : Anda harus memiliki aplikasi pembaca
dokumen PDF untuk dapat membuka dokumen ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|